KEJAR KETINGGALAN, RI TIRU JERMAN TINGKATKAN SDM



Pemerintah meniru langkah Jerman untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar menjadi tenaga kerja yang andal. Ini ditandai dengan kerja sama pengembangan pendidikan vokasi atau kejuruan di Indonesia saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Jerman beberapa waktu lalu.

"Presiden bilang pas ke Eropa, kita kerja samanya satu saja. Training. Tapi yang betul-betul. Makanya kita hanya bikin kerja sama satu dengan Jerman pelatihan dan pendidikan vokasi," papar Darmin di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra, Jakarta, Minggu (1/5/2016).

Menurut Darmin, Jerman adalah salah satu negara yang sukses menciptakan tenaga kerja yang andal. Memang, tidak terlalu banyak insinyur yang dilahirkan, namun untuk lulusan pendidikan yang setara Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia memiliki kemampuan yang luar biasa.

"Jerman itu yang paling berhasil. Memang dia keunggulannya di situ di Jerman itu bahkan pola kerja di industrinya menghasilkan insinyur enggak banyak. Satu pabrik satu, tapi orang vokasi banyak dan jago. Artinya gajinya bisa lebih besar dari insinyur," terangnya.

Bagi Indonesia, untuk menunggu lulusan pendidikan formal setara Strata 1 (S1) sangat lama. Apalagi belum dapat dipastikan, lulusan tersebut bisa langsung menjalankan pekerjaan di bidangnya. Terbukti sekarang, banyak pekerja yang pekerjaannya tidak sesuai dengan studi yang diambil saat kuliah.

"Pendidikan sih ada tapi lamar sana sini tidak diterima, karena kompetensinya tidak cocok. Ya dia perlu training untuk dapat kompetensi tertentu yang ada kebutuhannya. Kita selalu mimpi link and match, pendidikan dan kebutuhan kerja, jauh. Apalagi formal, jauh," kata Darmin.

Darmin menambahkan, konsep itu tidak hanya untuk orang yang belum bekerja, melainkan para pekerja saat ini. Dalam laporan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Darmin menceritakan banyak pekerja di pabrik tekstil sudah mengabdikan diri sebagai pemasang kancing baju secara manual selama 20 tahun. 

"Masa kita tidak punya training untuk ditawarkan ke dia. Ini yang sekarang kita perlu. Bukan hanya orang yang belum bekerja, tapi yang sudah bekerja dan mau meningkatkan pekerjaannya," paparnya.

Optimalisasi APBN

Salah satu permasalahan tenaga kerja Indonesia yang tidak berkembang adalah penyaluran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak tepat. Porsi anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari APBN nantinya akan disisihkan untuk pengembangan SDM. Ini akan diajukan dalam perubahan APBN 2016.

"Mau enggak mau realokasi dari yang 20% (anggaran pendidikan)," sebutnya.

Anggaran yang disediakan untuk tahap awal mungkin tidak akan terlalu besar. Menurut Darmin, 3-5 profesi memiliki kompetensi dasar sudah cukup, asalkan bisa dijalankan dengan fokus. Di samping juga melibatkan asosiasi profesi yang sudah ada.

"Kalau diorganisasi bisa. Itu sebabnya melalui penyusunan standar kompetensi ini, kita sertakan di desain sekarang asosiasi profesinya untuk ikut kerja sama sehingga tidak perlu sendiri-sendiri, satu asosiasi bikin satu deh, nanti pemerintah bikin," terang Darmin.

Darmin meyakini langkah ini juga tidak akan mengganggu program di bidang pendidikan formal. 

"Anggaran pendidikan itu banyak sekali. Jangan dianggap kecil. Sebenarnya aneh kalau dari dulu enggak dianggarkan," pungkasnya.




Source: https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3201016/kejar-ketertinggalan-ri-tiru-jerman-tingkatkan-sdm-tenaga-kerja

Comments

Popular Posts